Selasa, 07 Desember 2010

KUDUS KOTA WALI

Kudus memiliki latar belakang sejarah sebagai salah satu pusat pusat penyebaran agama Islam di Jawa. Ini dibuktikan dengan adanya Sunan Kudus dan Sunan Muria.
 
 

Sunan Kudus....

 
Sunan Kudus atau Syeh Ja'far Shodiq adalah seorang yang tidak hanya merupakan senopati di Kerajaan Demak Bintaro namun juga ahli hukum agama Islam. Pada waktu itu suasana di Kudus banyak terdapat kedholiman. Banyak masyarakat yang suka foya-foya, judi, mabuk-mabukan dll. Hal tersebut membuat Sunan Kudus risau dapatkah orang-orang yang dholim itu disadarkan.Akhirnya melalui dakwah, Sunan Kudus berhasil mengajak mereka memeluk agama Islam.
 
Sunan Kudus atau Ja’far Shodiq adalah putra dari Raden Usman Haji. Sunan Kudus ahli di dalam ilmu agama, pemerintahan dan kesusasteraan. Tidak heran jika beliau menduduki jabatan-jabatan penting. Di dalam menyebarkan agama islam, beliau menggunakan cara-cara yang sangat bijaksana, melihat situasi dan kondisi masyarakat setempat. Ini terbukti dari :
  • Bangunan Masjid dan Menara Kudus disesuaikan dengan seni bangun atau arsitektur Hindu. Ini akan memberikan kesan bahwa agama yang dibawa oleh Sunan Kudus sama dengan agama Hindu. Jadi masyarakat tidak terkejut atau menolak.
  • Masyarakat Hindu menganggap bahwa sapi atau lembu adalah binatang suci yang tidak boleh diganggu. Sunan Kudus juga memerintahkan kepada masyarakat supaya jangan menyembelih lembu. Jika ini terjadi, maka masyarakat akan marah, sebab binatang kesayangannya diganggu.
  • Lubang pancuran yang berjumlah delapan buah dan berbentuk kepala arca. Angka delapan ini menurut orang Buddha diartikan delapan jalan kebenaran.
Sunan Kudus selain terkenal sebagai seorang wali, ahli dalam bidang agama, pemerintahan dan kesusasteraan, beliau juga dikenal sebagai pedagang yang kaya. Beliau mendapat gelar Waliyyul Ilmi, sehingga beliau diangkat sebagai penghulu (Qodi) di kerajaan Demak.
 
 

Sunan Muria....

 
Tentang nama Muria, berasal dari nama bukit yang bernama Marwah yang diberikan oleh Amir Haj ( R. Umar Said ) untuk menyebut daerah yang didiami sebagai tempat da’wahnya yaitu di daerah Kudus sebelah utara. Oleh masyarakat setempat Marwah diucapkan dengan Muria sampai sekarang. Nama Muria dipakai sebagai nama salah satu gunung yang semula bernama gunung Gundul atau Gundil. Sebelum Sunan Muria datang di daerah tersebut, nama daerah itu adalah Muriapada. Adapula yang berpendapat bahwa nama Muria berasal dari kata “ Mulia” sebab daerah tersebut didiami oleh seorang alim, seorang wali yang mulia.
Raden Umar Syaid, atau Raden Said dikenal dengan sebutan Sunan Muria, adalah termasuk salah seorang dari kesembilan wali yang terkenal di Jawa. Nama kecilnya ialah Raden Prawoto. Beliau adalah putra dengan Sunan Kalijaga dengan Dewi Soejinah putri Sunan Ngudung. Jadi, kakak dari Sunan Kudus.
Sebagai anggota dari walisongo, beliau bertugas menyiarkan agama Islam didaerah Jawa Tengah bagian utara. Sesuai dengan sifatnya yang sederhana, kurang tertarik kepada masalah-masalah politik, maka beliau lebih senang bertugas di desa-desa / daerah pegunungan. Tugas tersebut sangat berhasil. Beliau bergaul langsung dengan pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Dengan melalui ceramah-ceramah, kursus-kursus, sarasehan dsb, ajaran yang di sampaikan dengan mudah diterima masyarakat. Dalam berda’wah, Sunan Muria cenderung kepada Ilmu Tasawwuf. Cara berda’wah sangat bijaksana. Kebudayaan Jawa tidak ditinggalkan, bahkan beliau menciptakan lagu-lagu Jawa, antara lain Macopat, Kinanti, Sinom dsb. Dalam strategi da’wah, beliau menitikberatkan pada pembinaan mental masyarakat. Perjuangan yang bersifat physik dan politik tidak pernah dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar