Selasa, 07 Desember 2010

BATIK KUDUS


corak rama kembang
 
Industri batik Kudus pada awalnya diproduksi secara home industri pada tahun 1800 M. Pusat produksi batik di Kawasan Kudus Kulon ( Kudus bagian barat ). Sesuai dengan sosiokultural yang berlaku pada masa itu bahwa gadis-gadis Kudus Kulon dalam menjalani kehidupannya dipingit oleh orang tua mereka. Untuk mengisi waktu, gadis-gadis tersebut diajari membatik. Selain Rama Kembang, Beras Kecer dan Alas kobong, motif kapal kandas merupakan motif yang digemari para pembeli. Nama kapal kandas terinspirasi pada bangunan rumah kuno berbentuk kapal ( omah kapal ). Batik Kudus memiliki corak yang dominan berwarna hijau. Ciri dan corak khusus inilah yang membedakan batik Kudus dengan produksi batik daerah lain.


corak kapal kandas
 

corak beras kecer

TARIAN ADAT KUDUS

  • Tari Kretek

  menggambarkan proses pembuatan rokok kretek tradisional

Penampilannya meliputi :
• Menyiapkan bahan baku
• Mencampur tembakau, cengkih dan saus
• Melinting rokok
• Merapikan rokok (mbatil)
• Mengemas rokok
• Memasarkan hasil produksi
  • Tari Terbang Papat

  menggambarkan kebahagiaan muda mudi
  • Tari Cendono Cendani

  menceritakan asmara dan cinta antara si kembar Cendono Cendani

PENGANTIN ADAT KUDUS


Pakaian pengantin tradisional adat Kudus dapat dilihat seperti gambar dimana pengantin pria mengenakan busana hajj ( busana ala syeh dari bangsawan quraisy ). Dalam adat pernikahan Kudus ada beberapa tahapan untuk melaksanakan ikatan pernikahan.
  • Jomblangan : tahap penjajagan
  • Nontoni : memberi kesempatan kepada jejaka untuk melihat gadis yang akan dijodohkan
  • Nakokno : menanyakan apakah si gadis mau dijodohkan
  • Lamaran : peresmian pertunangan
  • Ater Tukon : penyerahan mas kawin dan penentuan hari perkawinan
  • Upacara pernikahan : siraman pengantin, jonggolan, kembang mayang, akad nikah, ngundhuh penganten, ondrowino / walimah dengan gelar seni tradisional
  • Mbesturokno : mengantar pengantin ke rumah mertua
 

Agenda Lamaran

menggambarkan penyerahan tanda ikatan resmi dari pihak pria kepada pihak wanita bahwa anak gadis tersebut telah ada yang mengikat. Dalam agenda lamaran terdapat upacara Asok Tukon atau penyerahan mas kawin sebagai penganti nilai anak gadis dan penentuan hari perkawinan.
 

Agenda Midodareni

dimulai dengan kesibukan di rumah calon Pengantin puteri, menghias dan mengatur pelaminan serta persiapan lain dalam rangka hari pernikahan. Upacara Midodareni : dipimpin oleh juru rias pengantin
  • Memandikan calon pengantin puteri
  • Melulur dan meng-halub-halubi calon Pengantin Puteri
  • Memotong rambut sinom, dan rias midodareni
  • Kunjungan calon Pengantin Pria beserta rombongan serta serah terima sesaji (kembang mayang) : upacara jonggolan
 

Agenda Akad Nikah dan Ondrowino (Ngundhuh Pengantin)

Upacara akad nikah dilaksanakan sesuai dengan Syariat Islam yang dipimpin oleh Naib/KUA dan biasanya bertempat dikantor KUA atau Mesjid sesuai dengan status sosial keluarga Pengantin. Dalam pelaksanaan akad nikah selesai Pengantin Pria di arak menuju kerumah Pengantin Puteri. Perjalanan Pengantin diiringi dengan irama terbang Jidur ,Rebana dan Barongan lengkap dengan Gegar Mayang-Bendera Rontek-Umbu-umbul.
Setelah sampai di halaman rumah Pengantin Putri diadakan upacara :
  • Serah terima ayam jago (adon-adon) yang didahului pencak silat antara “Jagoan Keluarga Pengantin Putri Melawan Jagoan Keluarga Pengantin Pria”
  • Temon Pengantin
  • Membuka cadar Pengantin Putri oleh Pengantin Pria disaksikan para orang tua (pinisepuh)
  • Ondrowino berupa pegelaran seni : Samroh, Rodat, Terbang Jidur
  • Setelah acara selesai dirasa cukup, Pengantin sekalian diboyong ke rumah Pengantin Pria diiringi para sanak keluarga sesuai dengan nilai-nilai adat dan tradisi Kudus.

ACARA ADAT KUDUS

Buka Luwur

buka luwur merupakan upacara penggantian kain klambu penutup makam yang berlangsung tiap tahun. Upacara buka luwur diawali dengan penglepasan luwur lama dan dilanjutkan dengan pemasangan luwur yang baru. Upacara ini dirangkai dengan pengajian umum dan tahlil bersama.
  • Buka luwur Sunan Kudus dilaksanakan setiap tanggal 10 Syuro

  • Buka luwur Sunan Muria dilaksanakan setiap tanggal 16 Syuro



  • Kupatan

    kupatan yaitu tradisi yang dilaksanakan pada hari ke 7 setelah Idul Fitri dengan keramaian hiburan rakyat mulai pagi sampai sore. Kupatan dilaksanakan di berbagai daerah antara lain di Bulusan Desa Hadipolo (Kec. Jekulo), Desa Kesambi (Kec. Mejobo), Sendang Jodo Desa Purworejo (Kec. Bae).


    Dandangan

    dandangan yaitu tradisi menyambut datangnya Bulan Romadlon / bulan puasa yang dilaksanakan di sekitar Menara Kudus. Puncak acara adalah pada malam 1 Romadhon.Masyarakat berkumpul di sekitar Masjid Menara Kudus untuk mendengarkan pengumuman dan bedug yang dipukul bertalu-talu sebagai tanda dimulainya ibadah puasa keesokan harinya. Banyaknya masyarakat yang berkumpul tersebut dimanfaatkan para pedagang kecil dan mainan anak-anak untuk menjajakan dagangannya.


    Ampyang

    ampyang merupakan salah satu acara tradisional yang bertujuan untuk memperingati hari kelahiran Nabi besarMuhammad SAW. Ampyang dilaksanakan di Desa Loram Kulon.Berdasaran cerita, ampyang adalah sejenis krupuk bentuk bulat dan beraneka warna yang dijadikan hiasan tempat makan dari bambu ( didalamnya terdapat nasi dan lauk pauk ) diusung ke Masjid Wali At Taqwa Loram Kulon.

    PAKAIAN ADAT KUDUS

     

    Pakaian Adat Wanita

     
    • Caping Kalo
    • Baju kurung beludru
    • Jarik/Sinjang Laseman
    • Selendang Tohwatu
    • Selop kelompen
    • Aksesoris kepala dan leher yaitu sanggul besar dengan cunduk mentul berjumlah lima atau tiga buah, Suweng beras kecer atau suweng babon angkrem, kalung (sangsang) robyong berjuntai lima (5) atau berjuntai sembilan (9), menghiasi leher sampai dengan dadanya, kancing peniti dari keping mata uang: ece, ukon, rupih atau ringgit, gelang lungwi, cincin Sigar Penjalin
       

     

    Pakaian Adat Pria

    • Blangkon gaya Surakarta
    • Beskap Kudusan
    • Jarik Laseman
    • Selop alas kaki
    • Ikat pinggang atau Timang
    • Keris motif Gayaman atau ladrangan
     

    Nilai Filosofis

    Caping kalo tutup kepala
    bentuknya bulat melambangkan bahwa setiap manusia wajib berpasrah diri secara bulat dan untuk kepada Sang Maha Pencipta, Allah S.W.T, Caping Kalo : melambangkan manusia supaya mampu menutup telinga (nacapi kuping), terhadap suara-suara negatif yang merugikan kehidupan, sebab disana banyak segala kemungkinan ( kae-lhoooooo [dalam bahasa Indonesia artinya : disana lho] ) yang perlu diwaspadai.
     
    Kalung robyong berjuntai lima atau sembilan
    melambangkan bawalah kemana saja (kalungake; Jw.) sebagai pegangan hidup yaitu lima rukun Islam, yang diajarkan oleh para wali di tanah Jawa (Wali Songo), tentang Iman dan Islam. Lakukanlah secara berobyong (kebersamaan seiman guna mencapai kebahagiaan dunia/akhirat).
     
    Kancing peniti berupa uang emas direnteng
    melambangkan bahwa manusia harus menghargai nilai-nilai iman sampai ke dalam relung hati, kancinglah (kuncilah/tutuplah) segala sesuatu yang biasanya menggoda hati manusia dan menghancurkan manusia. Terimalah dengan senang hati bila dihinakan (diece-kancing-ece), teguhlah kepada berbagai cita-cita mulia (rupi-rupi-pengarah-kancing rupiah Jw.), agar nilai hidupmu tetap bernilai tinggi, lebih tinggi dari uang ringgit emas di dadamu.
     
    Gelang Lungwi
    melambangkan Pagari dan ikatlah kedua tanganmu seerat dan sekuat tali lungwi, yaitu tali tampar yang terbuat dari kulit bambu apus agar tanganmu terkendali dan tidak terjerumus melakukan perbuatan tercela, yang meskipun secara lahiriah tampak menguntungkan, tetapi sebenarnya manusia tertipu (kapusan-pringapus).Berbuatlah engkau seperti elungnya uwi (pucuk jalur tanaman ubi), selalu merunduk meskipun berusaha berdiri. Kaum muda harus waspada karena masih hijau pengalamannya (pucuk elung uwi hijau muda), karena setiap kelengahan akan mudah patah (masih muda/lunak) dan kahirnya pasti merugi.
     
    Gelung Sanggul Bercunduk Mentul
    melambangkan janganlah mahligai dirimu tidak terawat, aturlah dengan kebulatan tekad pasrahmu dan sisipkan angan citamu perbuatan yang mikolohi serta cundhuk (sesuai) dengan mentul merunduknya imanmu. Jadikanlah tingkah lakumu yang membuat mentul, bijaksana serta adil.
     
    Keris pusaka
    melambangkan disengker cikben ora miris. Pusaka piyandel harus selalu melekat pada tubuh manusia, agar tidak mengalami keraguan atau ketakutan dan guna memperoleh ketenangan jiwa bawalah pusaka. Yang paling ampuh ialah kalimat syahadat.. Janganlah manusia lepas dari kalimat syahadat karena bila terlepas bisa menghantarkan manusia ke neraka.Bersikaplah gagah kesatria, karena pusaka sudah melekat pada tubuhmu.
     
    Jam Gandul Berantai Emas
    jam melambangkan petunjuk tentang waktu, seharusnya tidak boleh menunda waktu ibadah lima waktu dimana saja, jaga aja nganti kesundhul (gandhul) wektu amarga kena godha rentengana ngoyak bondho (emas).Tegasnya demi waktu janganlah ibadah menjadi tertunda akibat terlilit oleh harta benda.
     
    Blangkon/ikat kepala
    memberikan peringatan kepada manusia agar bersikap lebih terbuka dan jangan suka memberi perintah kepada orang lain (blakblakan lan aja tukang sepakon atau blangkon). Lindungilah otakmu dari semua gangguan, ikatlah seerat mungkin tekadmu demi kebagusan (kebaikan).
     
    Suweng Beras Kecer/Babon Angkrem
    memberi peringatan kepada manusia agar jangan berbuat gegabah jangan tergesa-gesa berbuat meskipun dibakar oleh santer/kekerasannya suara dan informasi yang membangkitkan amarah. (Suweng = aja kesusu ngaweng/nyabet, sanajan beda laras, hammangkelake lan ngekecer wirang).Tutuplah telinga rapat-rapat dan redamlah suara negatif meskipun menyakitkan hati, karena semua cercaan, hinaan, cemoohan dan ejekan adalah pundi-pundi kebahagiaan.

    RUMAH ADAT KUDUS ( GEBYOK )

    Nilai Filosofis Rumah Adat Kudus

           
      Rumah Adat Kudus, yang menurut kajian historis-arkeologis, telah ditemukan pada tahun 1500 – an M, dibangun dengan bahan baku 95 % berupa kayu jati dengan teknologi pemasangan sistem “knoc-down” (bongkar pasang tanpa paku). Merupakan seni ukir 4 dimensi dari perpaduan seni ukir Hindu, Persia (Islam), Cina, dan Eropa, dengan tetap ada nuansa ragam hias asli Indonesia. Keunikan Rumah Adat Kudus yang juga cukup menarik untuk dicermati adalah kandungan nilai-nilai filosofis yang direfleksikan rumah adat ini.

    Bentuk ukiran dan motif

    ragam hias ukiran, misalnya : pola kala dan gajah penunggu, rangkaian bunga melati (sekar rinonce), motif ular naga, buah nanas (sarang lebah), motif burung phoenix, dan lain-lain.
     

    Tata letak

    rumah adat, misalnya arah hadap rumah harus ke selatan, dengan maksud agar pemilik rumah tidak memangku G. Muria (yang terletak di sebelah utara) sehingga tidak memperberat kehidupan sehari-hari.
     

    Tata ruang rumah adat

    • Jogo satru / ruang tamu dengan soko geder-nya / tiang tunggal sebagai simbol bahwa Allah SWT itu Tunggal/Esa dan penghuni rumah harus senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Nya
    • Gedhongan dan senthong / ruang keluarga dengan 4 buah soko guru-nya. Tiang berjumlah 4 sebagai penyangga utama bangunan rumah melambangkan agar penghuni rumah menyangga kehidupannya sehari-hari dengan mengendalikan 4 sifat manusia : amarah, lawamah, shofiyah, dan mutmainnah
    • Pawon / dapur
    • Pakiwan (kamar mandi) sebagai simbol agar manusia membersihkan diri baik fisik maupun rohani
    • Tanaman di sekeliling pakiwan, misalnya pohon belimbing, yang melambangkan 5 rukun Islam.
      pandan wangi, sebagai simbol rejeki yang harum / halal dan baik,bunga melati, yang melambangkan keharuman, perilaku baik dan berbudi luhur, serta kesucian abadi.

    Tata Cara Perawatan Rumah Adat Kudus

    Kekhasan (keunikan) Rumah Adat Kudus yang juga cukup menarik adalah tatacara perawatan rumah adat yang dilakukan oleh masyarakat pemiliknya sendiri dengan cara tradisional dan turun-temurun dari generasi ke generasi. Jenis bahan dasar yang digunakan untuk perawatan Rumah Adat Kudus merupakan ramuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman empiris pemiliknya, yaitu ramuan APT (Air pelepah pohon Pisang dan Tembakau) dan ARC (Air Rendaman Cengkeh). Ramuan ini terbukti efisien dan efektif mampu mengawetkan kayu jati, bahan dasar Rumah Adat Kudus, dari serangan rayap (termite) dan sekaligus meningkatkan pamor dan permukaan kayu menjadi lebih bersih, karena ramuan APT dan ARC dioleskan berulang-ulang ke permukaan dan komponen-komponen bangunan kayu jati.

    KRETEK KUDUS

    Sejarah M Nitisemito

     
    Perkembangan rokok kretek di Kudus tidak terlepas dari peran M. Nitisemito. M. Nitisemito adalah pemuda yang cerdas, ulet dan takarruf, mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Sifat-sifat inilah terutama yang kelak membawa dirinya ke puncak ketenaran, sebagai seorang Raja Kretek. Sebelum memproduksi rokok, Niti Semito adalah carik Kampung Djanggalan, kemudian berniaga di Mojokerto dan akhirnya kembali ke Kudus berdagang batik dan membuka warung di rumahnya (Jl Sunan Kudus 120), yang menyediakan selain kebutuhan hidup sehari-hari juga bahan baku rokok kretek yaitu tembakau, klobot (daun jagung) dan jinggo/ benang. Menjelang tahun 1905, karena rokok kretek buatannya dikenal sangat enak, maka Niti Semito membuat rokok kretek berdasarkan pesanan sahabat-sahabatnya.
     

    Asal Mula Produksi Rokok

     
     
     
    Tahun 1908 perusahaan Nitisemito baru mendapat ijin dari Pemerintah Hindia Belanda dengan merk Bola Tiga ( Bal tiga ). Tahun 1909 Nitisemito mulai membuat rokok kretek dan di tahun inilah sebenarnya rokok kretek tumbuh menjadi industri, meskipun masih berupa industri kecil yang dikerjakan Nitisemito dan keluarganya. Untuk pertama kalinya rokok kretek dijual tanpa bungkus dengan harga 2,5 sen seikat untuk 25 batang ukuran kecil dan 3 sen seikat untuk 25 batang ukuran besar. Kemudian dilekati dengan merk Soempil ( driehoek, segitiga ) kemudian diganti dengan merk Jeruk / Djeruk sampai akhirnya diganti merk MNiti Semito dengan gambar 3 lingkaran yang dikenal dengan nama Bal tiga, Bal Teloe, Bola Tiga, Tiga Bola, Boender Tiga, Boender Telu. Rokok kretek berkembang dari industri kecil menjadi besar ketika M. NITI SEMITO mendirikan “Kretek Sigaretan Fabrik M. NITI SEMITO KOEDOES” di kampung Djanggalan Kudus, kemudian membuat lebih banyak rokok kretek dan mengirimkannya ke Semarang.
     

    Berkembangnya Produksi Rokok

     
    Awal tahun 1914 industri rokok kretek dari industri besar melonjak menjadi industri raksasa yang melibatkan ribuan tenaga kerja. Kesuksesan yang diraih M.NITI SEMITO ini kemudian banyak ditiru orang, sehingga antara tahun 1915 -1918 bermunculan ratusan pabrik rokok kretek yang baru tidak hanya di Kudus tetapi juga di Semarang, Surabaya, Blitar, Kediri, Malang, dll. Mulai saat itu industri rokok di Kudus mulai berkembang pesat, pada tahun 1989 ada sekitar 32 unit usaha rokok. Dari sekian banyak perusahaan rokok, yang terbesar adalah PT Djarum ( didirikan pada tahun 1951 ), PT Nojorono ( didirikan tahun 1932 ), PR Sukun ( tahun 1949 ), Jambu Bol ( didirikan tahun 1937 ).